Lewati navigasi

Daily Archives: Februari 3rd, 2008

img_5042.jpgDi Pasar Senen

 

Rayu pengemis cilik anclap menusuk jantung

matanya setajam tombak

menembus mataku

 

Pada sepasang tahi lalat di tengah bola mata, ada seekor elang

seperti berkelebat mengintip dari balik awan gelap

cakarnya mengerikan

menghunus ketajaman yang siap memangsa:

menunjuk mukaku

meninggalakan sayatan di pipi sebelah kanan

 

 

di mata itu pula ada pekuburan yang dipenuhi kupu-kupu

ada jerapah di sana

ada kelinci

ada seekor marmut berwarna hitam manis

sebuah dunia mini:

seorang anak

yang tak pernah menjadi kanak-kanak

 

Ia masih di sandingku

merayu untuk beberepa keping receh

menatap dalam mataku

melempar aku ke dalam neraka

: keterasingan sebagai manusia

 

Pasar Senen, 2 Januari 2008

PERJALANAN KERETA

 

Di lorong kereta ekonomi yang sepi

keramaian adalah kemelaratan

pedagang asongan dan pengemis yang hilir mudik

 

Kesepian kian pekat

kala masa lalu

bertamu membawa lanskap lawas

dulu yang mengendap

di dasar secangkir kopi

seharga 2000 perak

 

Kopi adalah penjaga kenangan

dari kejadian yang sangat mudah dilupakan

: rasa pahitnya

yang mengundang ketagihan

 

di sepanjang rel perjalanan ini wajahmu tertatah

duduk manis di samping pengemis yang terjangkit kusta

para pedagang dan tiupan peluit

memanggil-manggil aku untuk kembali

mengulang setiap detik awan yang memerah

membaca dirimu

mengulang perjalanan dalam kereta

seperti menghirup kopi pahit

 

 

                                    img_5057.jpgimg_5057.jpgJogja-Jakarta, 28 Januari 2008

(1)

Sesat Dan Tak Sesat


Wajah Kang Jan begitu suram sore itu. Matanya menunjukkan kalau di kepala pria berusia 40 tahunan itu sedang ada masalah yang berat. Pelayanan angkringan pun menjadi kurang dari apa adanya, tanpa senyum dan sapaan manis yang ramah ke setiap pembeli seperti biasanya. Teh jahe, es teh, jeruk panas, es tape semua ikut menjadi korban. Kesemua diaduk dengan tanpa perasaan. Ceker, sayap dan kepala ayam, tempe goreng dan bakwan pun tak luput, dibakar dengan setengah hati. Penuh arang dan gosong yang tak wajar. Angkringan kang Jan sangat janggal malam itu. Sepinya, seperti kuburan. Penyebabnya cuma satu, sang pemilik tak kunjung angkat bicara selain saat menghitung jumlah belanjaan pelanggan. Read More »